Jumat, 30 Januari 2015

Makalah Tuberculosis (TBC)

KATA PENGANTAR
Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya penyusun  mampu  menyelesaikan  tugas  makalah ini guna memenuhi tugas  “Patofisiologi dan Farmakoterapi Respirasi”.
Adapun makalah berjudul “Tuberculosis (TBC)”. Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan dari berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca   demi  perbaikan  pembuatan  makalah  di  masa  yang  akan  datang.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih. Dan apabila ada kesalahan dan kata kata yang kurang berkenan, saya selaku penulis mohon maaf yang sebesar besarnya.


Makassar, 26 Januari 2015

Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Respirasi adalah proses oksidasi bahan makanan atau bahan organik yang terjadi didalam sel yang dapat dilakukan secara aerob maupun anaerob.
Semua makhluk yang hidup atau organisme pasti melakukan melakukan pernapasan atau proses respirasi. Bernapas merupakan salah stu ciri-ciri makhluk hidup. Tanpa bernapas, makhluk hidup atau organisme tidak dapat bertahan hidup. Dalam melakukan proses respirasi ini dibutuhkan yang namanya O(oksigen). Karena proses respirasi (pernafasan) merupakan proses pengikatan oksigen dan melepaskan CO(karbon dioksida). Adapun, Oyang dihirup berasal didapatkan diudara bebas dari hasil fotosintesis tumbuhan hijau yang mengurai COyang dikeluarkan dari pernafasan makhluk hidup dengan bantuan cahaya matahari. Namun, saat ini seperti yang kita ketahui bahwa O2 di udara mulai berkurang dan tercemar seiring berjalannya waktu sebagai akibat dari polusi udara dari asap pabrik, asap kendaraan dan sebagainya sehingga sering terjadi gangguan pernapasan.
Proses terjadinya kegiatan respirasi pada manusia dan hewan terjadi pada siang hari dan malam hari baik itu pada saat mereka sedang istirahat. Sedangkan pada tumbuhan, melakukan respirasi pada malam hari dan melakukan fotosintesis pada siang hari karena pada saat siang hari itulah tumbuhan bisa mendapatkan energiu dari matahari tetapi pada malam pun dapat terjadi fotosintesis apabila mendapatkan atau memperoleh cahaya yang cukup banyak yang dapat mengurai COyang terdapat di udara.
Seperti yang kita ketahui bahwa ada beberapa factor yang mempengaruhi proses respirasi itu seperti jenis, suhu, aktivitas, berat tubuh dan lainnya, sehingga banyak juga penyakit-penyakit respirasi salah satunya seperti Tuberculosis (TBC).



BAB II
PEMBAHASAN
A.   Definisi Tuberculosis (TBC)
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat menyerang seluruh organ tubuh manusia, namun yang paling sering diserang adalah paru-paru (maka secara umum sering disebut sebagai penyakit paru-paru atau TB Paru-paru. Bakteri ini menyerang paru-paru sehingga pada bagian dalam alveolus terdapat bintil-bintil. Penyakit ini menyebabkan proses difusi oksigen yang terganggu karena adanya bintik-bintik kecil pada dinding alveolus. Jika bagian paru-paru yang diserang meluas, sel-selnya mati dan paru-paru mengecil. Akibatnya napas penderita terengah-engah.
B.   Penyebab Tuberculosis (TBC)
Penyakit ini diakibatkan infeksi kuman mikobakterium tuberkulosis yang dapat menyerang paru, ataupun organ-organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening, usus, ginjal, kandungan, tulang, sampai otak. TBC dapat mengakibatkan kematian dan merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan kematian.
Tuberculosis (TBC) sangat mudah menular, yaitu lewat cairan di saluran napas yang keluar ke udara lewat batuk/bersin & dihirup oleh orang-orang di sekitarnya. Tidak semua orang yang menghirup udara yang mengandung kuman TBC akan sakit.
Pada orang-orang yang memiliki tubuh yang sehat karena daya tahan tubuh yang tinggi dan gizi yang baik, penyakit ini tidak akan muncul dan kuman TBC akan "tertidur". Namun,pada mereka yang mengalami kekurangan gizi, daya tahan tubuh menurun/ buruk, atau terus-menerus menghirup udara yang mengandung kuman TBC akibat lingkungan yang buruk, akan lebih mudah terinfeksi TBC (menjadi 'TBC aktif') atau dapat juga mengakibatkan kuman TBC yang "tertidur" di dalam tubuh dapat aktif kembali (reaktivasi).
Infeksi TBC yang paling sering, yaitu pada paru, sering kali muncul tanpa gejala apa pun yang khas, misalnya hanya batuk-batuk ringan sehingga sering diabaikan dan tidak diobati. Padahal, penderita TBC paru dapat dengan mudah menularkan kuman TBC ke orang lain dan kuman TBC terus merusak jaringan paru sampai menimbulkan gejala-gejala yang khas saat penyakitnya telah cukup parah.
C.   Gejala Tuberculosis (TBC)
1.    Gejala utama
Batuk terus-menerus dan berdahak selama tiga pekan atau lebih.
2.    Gejala tambahan yang sering dijumpai
·         Dahak bercampur darah/batuk darah
·         Sesak nafas dan rasa nyeri pada dada
·         Demam/meriang lebih dari sebulan
·         Berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas
·         Badan lemah dan lesu
·         Nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan
D.   Diagnosa Tuberculosis (TBC)
Untuk mendiagnosis TBC, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama di daerah paru/dada, lalu dapat meminta pemeriksaan tambahan berupa foto rontgen dada, tes laboratorium untuk dahak dan darah, juga tes tuberkulin (mantoux/PPD).
E.   Petofisiologi Tuberculosis (TBC)
Infeksi primer diinisiasi oleh implantasi oleh organism di alveolar melalui droplet nuclei yang sangat kecil (1-5mm) untuk menghindari sel ephitelia siliari dari saluran atas pernafasan. Bila terinplantasi M. tuberculosis melalui saluran nafas, mikroorganisme kn membelah diri dan dicerna oleh mkrofagpulmoner, dimana pembelahan diri akan terus berlangsung, walaupun lebih pelan. nerkosis jaringan dan klasifikasi jaringan pada daerah yang terinfeksi dan nodus limfe regional dapat terjadi, menghasilkan pembentukan radiodense area menjadi kompleks gohn.
Makrofag yang beraktivitas dalam jumlah besar akan mengelilingi daerah yang ditumbuhi oleh M. Tuberkulosis yang padat seperti keju (daerah nerkotik) sebagai bagiandari imunitas yang dimediasi oleh sel. Hipersensitivitas  tipe terunda juga berkembang melalui aktivitas dan perbanyakan limfoid T. Keberhasilan dalam menghambat M. Tuberkulosis membutuhkan aktivitas dari limfosit CD4 subset, yang dikenal sebagai sel TH-1, yang mengaktivasi makrofag melalui sekresi internefron γ
Sekitar 90% pasien yang pernah memiliki penyakit primer tidak memiliki manifestasi klinis lain selain uji kulit yang positif dengan atau tanpa kombinasi dengan adanya granuloma stabil yang diperoleh dari hasil radiografi.
Sekitar 5% pasien ( biasanya anak-anak, arangtua atau penurunan sistem imun) mengalami penyakit primer yang berkembang pada darah dan infeksi primer ( biasanya lobus paling bawah) dan lebih sering dengan diseminasi, menyebabkan terjadinya infeksi meningitis dan biasanya juga melibatkan lobus paru-paru paling atas.
Sekitar 10% dari pasien mengalami reaktivitas, terjadi penyebaran organisme melalui darah. Biasanya penyebaran orgaisme mealui darah menyebabkan pertumbuhan cepat, penyebaran penyakit secara luas dan membentuk granuloma yang dikenal sebagai tuberculosis malari
F.    Farmakoterapi Tuberculosis (TBC)
Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) merupakan hal penting pada terapi tuberkulosis, paling sedikit dua obat, umumnya tiga atau lebih obat dimana mikroorganisme penginfeksi tersebut sensitif harus diberikan secara terus menerus  paling tidak selama enam bulan dan ditingkatkan 2 -3 tahun untuk beberapa kasus  resisten multi obat.  Terapi Non Farmakologi yaitu Operasi pada jaringan yang telah mengalami kerusakan jaringan akibat TBC.
G.   Pencegahan Tuberculosis (TBC)
Penyakit TBC dapat dicegah dengan cara:
             a.    Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TBC aktif.

  1. Menjaga standar hidup yang baik, dengan makanan bergizi, lingkungan yang sehat, dan berolahraga.
  1. Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat). Vaksin ini secara rutin diberikan pada semua balita.

Perlu diingat bahwa mereka yang sudah pernah terkena TBC dan diobati, dapat kembali terkena penyakit yang sama jika tidak mencegahnya dan menjaga kesehatan tubuhnya.
H.   Obat-obat Tuberculosis (TBC)
Obat anti tuberkulosis adalah antibiotik dan anti infeksi sintetik yang digunakan untuk pengobatan tuberkulosis dan penyakit lain yang disebabkan oleh organisme genus Mycobacterium. Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Ethambutol, dan Streptomisin adalah obat yang paling sering digunakan untuk pengobatan tuberkulosis dan disebut sebagai obat  anti tuberkulosis lini pertama. Rifapentin, Rifabutin, seperti juga Rifampisin, adalah derivat Rifamisin : obat tersebut digunakan sebagai alternatif dari Rifampisin.
Obat antituberkulosis lainnya adalah Asam aminosalisilik, Kapreomisin,  Etionamid, Sikloserin, dan Kanamisin. Umumnya obat tersebut lebih toksik dan kurang efektif daripada obat lini pertama dan hanya digunakan apabila obat lini pertama dikontraindikasikan atau telah resisten. Streptomisin, Kanamisin, dan Kapreomisin mempunyai efek toksik yang mirip, oleh karena itu tidak boleh ada lebih dari satu obat tersebut dalam rejimen antituberkulosis.
Isoniazid 300 mg per oral sehari  adalah bakterisidal untuk Mycobacterium tuberkulosis, M. kansasii, dan M. bovis.Isoniazid diabsorpsi sangat baik secara oral dan didistribusikan ke seluruh tubuh, termasuk ke dalam cairan otak (CSF). Efek sampingnya yaitu Hepatotoksik.
Peningkatan serum transaminase terjadi pada lebih dari 20% pasien setelah beberapa bulan pertama pemberian Isoniazid, tetapi biasanya membaik meski pengobatan dilanjutkan. 
Rifampisin 10 mg/kg/hari maksimum 600 mg peroral sekali sehari,  merupakan bakterisidal untuk gram-positif cocci, beberapa gram negatif bacilli dan hampir semua species Mycobacterium. Absorpsi dan distribusi, termasuk penetrasi kedalam SSP, sangat baik. Pasien perlu diberitahu terjadinya pewarnaan oranye kemerahan pada sekresi air mata, urin dan keringat karena penggunaan rifampisin,  tetapi ini tidak membahayakan. Toksisitas  seperti kulit kemerahan, efek samping terhadap SSP, gangguan pencernaan, dan hepatitis dapat diperberat dengan adanya penyakit hati.
Rifampisin dimetabolisme oleh hati , menginduksi enzim miksosomal hati dan mempengaruhi metabolism banyak obat lainnya. Interaksi Rifampisin dengan banyak obat lain ini perlu diwaspadaai karena dapat membahayakan pasien.
Rifampisin berinteraksi dengan obat antiretroviral golongan protease Inhibitor : saquinavir, idinavir, ritonavir dan nelfinavir ; serta golongan  nonnucleosid reverse transcriptase Inhibitors = NNRTIs : nevirapine, delavirdine, dan efavirenz, interaksi tersebut  dapat  mempengaruhi konsentrasi  obat dalam plasma. Oleh karena interaksi tersebut dapat membahayakan pasien maka  penggunaan bersama harus dihindari. 
Adanya makanan dapat menurunkan absorpsi Rifampisin, konsentrasi Rifampisin dapat turun jika digunakan bersama makanan. Oleh karena itu Rifampisin dianjurkan untuk diminum saat lambung kosong yaitu satu jam sebelum makan atau dua jam sesudah makan, untuk meningkatkan absorpsi total obat.
Pirazinamid 15-30 mg/kg/hari per oral ; maksimum 2 g/hari merupakan bakterisidal untuk micobakteri intraselular. Pirazinamid diabsorpsi dengan baik dari saluran pencernaan dan didistribusikan ke jaringan dan cairan tubuh termasuk CSF. Obat diekskresikan melalui ginjal. Efek samping utama adalah hepatotoksik.
Ethambutol dosis lazim 15 mg/kg sehari, dosis awal 25 mg/kg/hari dapat digunakan pada infeksi yang lebih berat. Obat diekskresikan terutama melalui ginjal, dan dosis sebaiknya dikurangi pada pasien dengan kerusakan ginjal. Toksisitas yang signifikan adalah optic neuritis, yang dapat terjadi pada kurang dari 1% pasien yang menggunakan ethambutol 15 mg/kg/hari  dan lebih banyak lagi terjadi pada dosis  yang lebih tinggi. Penurunan ketajaman penglihatan, persepsi warna hijau, atau gangguan visual  dapat terjadi kemudian. Pemeriksaan mata secara rutin sebaiknya dilakukan, komplikasi ophtahalmologic  tersebut dapat hilang seiring dengan penghentian obat.
Streptomisin Dosis 15 mg/kg/hari IM, maksimum 1 g merupakan aminoglikosida tuberkulosidal. Dosis 25-30 mg/kg IM dua kali seminggu atau tiga kali seminggu, maksimum 1,5 g juga dapat diberikan dengan pengawasan (DOTS). Dosis perlu disesuaikan pada pasien dengan kerusakan fungsi ginjal. Risiko Ototoksisitas menyebabkan pasien perlu mendapatkan pemeriksaan  pada pendengarannya. 
Evaluasi dan monitoring perlu dilakukan untuk mengetahui respon pasien terhadap pengobatan. Keberhasilan terapi ataupun kegagalan terapi dapat diketahui dengan mengevaluai hasil terapi yang diinginkan dan monitoring efek toksik yang perlu diwaspadai.



 BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Tuberkulosis (TBc) masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, oleh karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi, terutama pada negara yang sedang berkembang. WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa TBC saat ini telah menjadi ancaman global. Diperkirakan terdapat 8 juta kasus baru dan 3 juta kematian karena TBC setiap tahunnya. Menurut WHO tahun 1989, di negara berkembang terdapat 1,3 juta kasus dan 450.000 kematian karena TBC pada anak di bawah 15 tahun. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986, TBC adalah penyebab kematian nomor 4 sedangkan menurut SKRT tahun 1992, TBC sebagai penyebab kematian nomor 2 sesudah penyakit kardiovaskuler dan nomor 1 dari golongan penyakit infeksi. Sedangkan pada saat ini, laporan internasional menunjukan bahwa Indonesia adalah ‘penyumbang’ kasus penderita TBC terbesar ketiga didunia, setelah Cina dan India. Penularan tuberkulosis melalui udara dengan inhalasi droplet nucleus yang mengandung basil tuberkulosis yang infeksius. Oleh karena itu penting untuk memeriksakan orang-orang yang kontak erat dengan penderita TBC.


B.   Saran
Semoga kita semua dapat lebih memahami dan mengetahui tentang penyakit Tuberculosis (TBC) serta dapat meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta dalam penanggulangan Tuberculosis (TBC).

Share this

0 Comment to "Makalah Tuberculosis (TBC)"

Posting Komentar

Komentar Anda Adalah Motivasi Untuk Saya