Rabu, 28 Januari 2015

Fenomena Ketidakstabilan Emulsi

a.  Menurut Farmasi Fisika
Ketidakstabilan dalam emulsi farmasi dapat digolongkan :
1.  Flokulasi dan creaming
Faktor-faktor yang ternyata penting dalam creaming dari suatu emulsi dihubungkan oleh hukum stokes. Analisis persamaan memungkinkan menunjukkan bahwa jika fase terdispersi kurang rapat dibandingkan dengan fase kontinu yang merupakan hal umum dalam emulsi M/A. Kecepatan seimentasi menjadi negatif yaitu dihasilkannya creaming yang mengarah keatas. Jika fase dalam lebih berat dari fase luar, bola-bola akan mengendap. Fenomena ini sering terdapat pad emulsi tipe A/M dimana creaming mengara kebawah. Makin besar perbedaan kecepatan dari kedua fase tersebut, makin besar bola-bola minyak dan makin menurun viskositas dari fase luar, sehingga laju creaming makin besar. Dengan menaikkan gaya gravitasi dengan cara mensentrifugasi laju
creaming. Perbedaan dari diameter bola-bola akan meningkatkan laju creaming sebesar 4 kalinya.
2.  Penggabungan dan pencegahan
Cream yang menggumpal bisa didispersikan kembali denan mengubah dari dapat tertentu kembali suatu cairan yang homogen dari suatu emulsi yang membentuk kembali krim dengan pengocokan karena bola-bola minyak masih dikelilingi oleh suatu lapisan pelindung dan zat pengemulsi. Jika terjadi pencegahan pencampuran maka biasa tidak bisa mensuspensikan kembali, bola-bola tersebut dalam emulsi yang stabil karena lapisan yang mengelilingi partikel tersebut telah rusak dengan minyak cenderung bergabung.
3.  Berbagai jenis perubahan fisika kimia
4.  Inversi fase (pengubahan fase)
Jika terjadi dengan cepat selama pembuatan emulsi. Inversi fase seringkali menghasilkan suatu produk yang lebih halus tetapi jika pembuatannya telah selesai dan dipengaruhi oleh faktor lain ketika emulsi sudah terbentuk. Hal ini dapat menyebabkan CaCl2 untuk membentuk kalsium stearat, inversi juga bisa dihasilkan dengan mengubah perbandigan volume fase.

b.  Menurut RPS18th
1.  Creaming dan sedimentasi
Creaming adalah gerakan tetesan keatas dari tetesan relatif zat terdispersi ke fase kontinu. Sedangkan sedimentasi adalah proses pembalikan yaitu gerakan kebawah dari partikel. Dalam beberapa emulsi, suatu proses atau lebih tergantung pada sensitas dari fase terdispersi atau fase kontinu. Kecepatan sedimentasi tetesan atau partikel dalam cairan dihubungkan dengan hukum stokes. Sementara persamaan hukum stokes untuk sistem bermassa telah dikembangkan, hukum ini sangat berguna untuk menunjukkan faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan sedimentasi atau creaming.
2.  Agregasi dan koalesensi
Lebih jauh tetesan dapat disispkan kembali dengan pengocokan stabilitas dari emulsi dapat ditentukan dengan proses agregasi dan koalesensi. Dalam agregasi (flokulasi) tetesan yang terdispersi datang bersama namun tidak bercampur. Koalesensi komplit penyatuan tetesan diarahkan untuk mengurangi jumlah tetesan dan pemisahan dua fase yang tidak saling bercampur. Agregasi mendahului koalesensi dalam emulsi.
3.  Inversi
Inversi dpat dilihat ketika emulsi disiapkan dengan pemanasan dan pencampuran dua fase kemudian didinginkan. Hal ini kira-kira karena adanya daya larut bahan pengemulsi tergantung pada perubahan tempertur. Temperatur pada fase inversi atau pH. Telah ditunjukkan bahwa mulai dipengaruhi oleh nilai HLB dan surfaktan. Semakin tinggi nilai pH, semakin besar tekanan untuk berubah (inversi).

c.   Menurut scoville’s
            Meskipun sifat dispersinya dapat dicapai dengan cepat dalam kebanyakan contoh, ada kecenderungan individu partikel untuk bergabung selama kental dan berkonsentrasi membentuk partikel yang lebih besar. Biasanya berlangsung sampai semua cairan yang tidak saling bercampur berkumpul menjadi suatu massa yan besar dan membentuk lapisan tertentu dan terpisah dalam sediaan. Seperti emulsi dikatakan pecah dan sifat terdistribusi dari fase dimana tidak lagi merupakan masalah yang mudah melalui pengocokan campuran. Jika emulsi pecah, sesungghnya bukan emulsi lagi. Sejak dua fase telah kembali menjadi bentuk emulsi yang tidak saling bercampur. Beberapa faktor akan mempegaruhi stabilitas dan pemecahan berikutnya dalam suatu emulsi. Dalam hal ini perlu diketahui tehnik pemakaian dalam penggunaan. Emulsi juga biasa dengan penambahan sejumlah besar garam, alkohol dan perubahan pH  yang tinggi. Pengocokan yang berlebihan dan kuat akan memecah seperti perubahan yang disebabkan oleh perubahan suhu.

            Creaming adalah fenomena istimewa dari beberapa percaya bahwa jumlah creaming adalah proporsional terhadap viskositas produk. Ketika emulsi mengalami creaming ia terpisah dalaam 2 atau lebih fase yang viskositasnya berbeda tapi dengan pengocokan lapisan menjadi terdispersi dan emulsi menjadi sediaan yang homogen lagi.

Share this

1 Response to "Fenomena Ketidakstabilan Emulsi"

Komentar Anda Adalah Motivasi Untuk Saya