KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
Rahmat dan hidayah-Nya jualah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.
Kami menyadari sepenuhnya
bahwa dalam pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan dan kekurangan
yang terdapat di dalamnya anggaplah sebagai hiasan belaka. Namun kami berusaha
semaksimal mungkin agar makalah ini menjadi sumber pembelajaran, bagi yang
memerlukannya. Oleh karenanya kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah kami selanjutnya. Dengan
selesainya makalah ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Farmakologi molekuler
adalah ilmu yang mempelajari mengenai transduksi signaldan mekanisme aksi obat padaberbagai targetaksi obat, meliputi kanal
ion, enzim, transporter, dan reseptor. reseptor pada tingkat molekuler,
ikatan obat-reseptor pada membran plasma dan sel, sistem enzim sebagai target
aksimolekul obat, perubahan-perubahan biokimia karena aksi obat,keragaman
reseptor obat dan ekspresi gen yang berperan dalam mekanisme resistensi obat. Sehingga memberikan penjelasan bagaimana aksi
obat sampai level molekuler, sehingga banyak membantu dalam menjelaskan
bagaimana mekanisme aksi obat.
Farmakologi molekuler
menjadi penting karena interaksi obat dengan targertnya bersifat kompleks,
melibatkan sistem seluler yang dinamis. Terjadi pada tingkat molekuler dan
melibatkan serangkaian proses biokimiawi di dalam sel untuk menimbulkan
efek. Ilmu tersebut sudah berkembang pesat di Eropa pada abad ke-19, dengan
pioner seorang ilmuwan jerman bernama “Paul Ehrlich” (1854-1915). Dia
menyatakan obat tidak akan berkerja jika tidak berikatan degan target aksinya
dalam tubuh. Sejak itu perkembangan farmakologi molekuler sangat pesat sekali.
Pada penemuan saat itu sangat fenomenal antara lain: Thomas Renton Elliot
(1877-1961)dan Sir Hendri Dale (1875-1968) menjelaskan tentang konsep transmisi
senyawa kimia pada sel saraf yang melibatkan neurotransmitter, suatu senyawa
yang memedia sitransfer informasi dari satu sel saraf menuju sel saraf lainnya.
Perkembangan penelitian farmakologi molekuler selanjutnya meliputi kloning gen
pengkode beberapa reseptor, kanal ion, protein regulator, enzim metabolisme.
Dari penelitian tersebut dapat diketahui mekanisme nasib obat dan atau aksi
obat dalam tubuh secara molekuler.
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, akan
dibahas tentang bagaimana aksi obat yang terhubung dengan G-Protein.
C.
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui tentang
aksi obat yang terhubung dengan G-Protein.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
G-Protein Reseptor
G Protein Coupled Reseptor atau reseptor yang tergandeng protein G
(GPCRs) adalah protein yang tertanam di permukaan sel tepat nya pada membran
sel. GPCRs terdiri dari superfamilia terbesar protein dalam tubuh. Lebih dari
1.000 berbeda GPCRs telah diidentifikasi karena reseptor pertama adalah
kloning. Protein ini menerima sinyal kimia dari luar sel dan lulus sinyal ke dalam
sel, sehingga sel dapat merespon sinyal. Struktur ligan endogen untuk GPCRs
sangat beragam. Mereka termasuk amina biogenik seperti norephnephrine dan
serotonine, peptida, glikoprotein, lipid, nukleotida, ion, dan protease.
Aktivasi reseptor menyebabkan efektor di dalam sel untuk
menghasilkan second messenger kimia, yang akhirnya memicu sel untuk bereaksi
terhadap sinyal kimia eksternal asli. Ligan, dalam kasus ini Norepinepherine
(NE), mengikat reseptor dan menginduksi perubahan konformasi. Perubahan konformasi
ini mengaktifkan β kompleks. Kompleks terikat GDP sementara tidak aktif. GTP
menggantikan GDP, sehingga mengaktifkan sub unit α. Subunit α diaktifkan
mengalami perubahan konformasi dan mengaktifkan Adenylate Cyclase. Setelah
Adenylate Cyclase diaktifkan, hal ini kemudian dapat mengkonversi ATPy. Hasil
konversi ATP adalah c-AMP dan dua molekul fosfat. c-AMP adalah messenger kedua
digunakan dalam banyak proses dibutuhkan untuk sel kelangsungan hidup dan
pertumbuhan.
Protein G sendiri adalah
suatu protein yang terdiri dari 3 rantai polipeptidayang berbeda, yang disebut
subunit α, β, γ rantai β dan γ membentuk kompleks βγ yang kuat, yang membuat
protein G tadi tertambat pada permukaansitoplasmik membran plasma.Jalur
transduksi signal pada GPCR ada dua, yaitu jalur adenilat siklase
dan jalur fosfolipase. Suatu aktivasi GPCR akan melalui jalur adenilat
siklase atau 4fosfolipase, tergantung pada macam protein G yang terlibat.
Berdasarkan aksinya, protein G ada tiga jenis, yaitu :
·
Gs ( stimulatory G protein ), yang bekerja mengaktifkan enzim
adenilatsiklase.
·
Gi ( inhibitory G protein ), yang bekerja menghambat enzim
adenilatsiklase, dan
·
Gq, yang bekerja mengaktifkan fosfolipase pada jalur fosfolipase.
B.
Sejarah Penemuan
G-protein coupled receptor disebut juga dengan
metabotropic receptors, seven transmembrane-spanning (heptahelical) receptors.
Mempunyai struktur satu rantai polipetida tunggal, keluar masuk menembus
membran sel sampai 7 kali (memiliki 7 transmembran) Mengaktivasi rangkaian
peristiwa yang mengubah konsentrasi satu atau lebih suatu molekul signaling
intraseluler atau second messenger sehingga menimbulkan respon seluler.
Merupakan superfamili yang terdiri dari reseptor: muscarinic acethylcholine
receptors, adrenoceptors, dopamine receptors, 5-HT receptors, opiate receptors,
receptors for many peptide, purine receptors dan chemoreceptors, dll
Reseptor
ini juga disebut G-Protein Linked Receptor (GPLR). Pada
tipe ini reseptor menggunakan G protein sebagai intermediet. Ligan berikatan
dengan reseptor membentuk Ligand/Receptor complex binds G protein. G protein
diaktifkan dan berikatan dengan efektor (dapat berupa enzim). Selanjutnya
enzim menjadi aktif.
C.
Aksi Obat Pada Berbagai Tingkat Kompleksitas Organisasi
Berdasarkan mekanisme kerja dan interaksinya dengan komponen
makromolekul biologis obat-obat diklasifikasikan dalam golongan-golongan
sebagai berikut :
1. Sebagian besar obat memberikan efek karena berinteraksi dengan
protein, baik yang berada di membrane plasma (mediator reseptor, kanal ion,
transporter), atau dengan komponen didalam sel (enzim, reseptor nuclear)
2. Sebagian lagi bekerja secara ekstraseluler pada konstituen
non-seluler tubuh tanpa melihatkan interaksi obat-reseptor, karena tidak ada
komponen makromolekul yang terlibat. Contoh : netralisir asam lambung oleh
antasida, pencegahan koagulasi darah oleh heparin
3. Sebagian lagi bekerja pada sisi seluler dan melibatkan komponen
makromolekul, tapi efek biologis yang dihasilkan adalah konsekuensi non
spesifik dari sifat kimiawi obat. Contoh : detergen, alcohol, oksidator, dan
derifat fenol yang bekerja merusak integritas sel dengan cara mengganggu
kandungan seluler.
D.
Struktur Senyawa
Model
struktural untuk GPCR didasarkan pada analogi yang lemah. Pada tahun 2000,
struktur kristal pertama dari GPCR mamalia yaitu sapi rhodopsin (1F88). Pada
tahun 2007, struktur pertama dari GPCR manusia dipecahkan (2R4R , 2R4S). Hal
ini langsung diikuti oleh resolusi yang lebih tinggi dari reseptor yang sama. Struktur
teraktivasi atau agonis-terikat GPCR telah juga telah ditentukan. Struktur ini
menunjukkan bagaimana mengikat ligan pada sisi ekstraselular dari reseptor
menyebabkan perubahan konformasi sisi sitoplasma dari reseptor. Perubahan
terbesar dari gerakan sitoplasma dari heliks Transmembran 5 dan 6 ( TM5 TM6 ).
Struktur reseptor beta-2 adrenergik diaktifkan di kompelks dengan Gs menegaskan
bahwa Ga mengikat ke rongga yang di ciptakan oleh gerakan ini.
E.
Sintesis Senyawa GPCR
Reseptor
terhubung protein G ( G Protein-coupled receptor ) sebagai target aksi obat
yang merupakan keluarga terbesar reseptor permukaan sel. Salah satu rantai
polopeptida tunggal, keluar masuk menembus membran sel sampai 7 kali atau memiliki
7 transmembran. GPCR akan terikat dengan protein G yang akan menghubungkan
reseptor dengan enzim atau kanal ion yang menjadi target. Reseptor ini
mengaktivasi rangkaian peristiwa yang mengubah konsentrasi satu / lebih suatu
molekul signaling intraseluler atau second messenger yang menimbulkan reseptor
seluler.
Ada
2 jalur transduksi signal pada reseptor protein G yaitu jalur adenilat siklase
dan jalur fosfolipase tergantung dari jenis protein G yang terhubung.
Macam-macam second messenger yang terlibat dalam signal transduksi reseptor ini
adalah : Camp, PKA, PKC, DAG, IP3, Ca++.
F.
Aktivasi GPCR Melalui
Jalur Adenilat Siklase
Rangkaian peristiwa
molekuler yang terjadi pada aktivasi reseptor GPCR melalui jalur adenilat
siklase adalah sebagai berikut :
1. Pada bentuk inaktif,
protein G berada sebagai suatu trimer dengan GDPyang terikat pada subunit α. Pada
kondisi ini semua subunit berada dalamsatu kompleks.
2. Jika suatu ligan atau
neurotransmitter atau hormon berikatan denganGPCR, maka dimulailah proses signaling
yang diawali dengan perubahankonformasi reseptor yang melibatkan daerah
sitoplasmik reseptor, yangmenyebabkan daerah sitoplasmik reseptor menjadi aktif
terhadap proteinG. Selanjutnya, subunit Gα akan melepaskan GDP dan akan
mengikatGTP (terjadi pertukaran GDP-GTP).
3. Penggantian GDP menjadi
GTP menyebabkan perubahan konformasi padasubunit Gα. Subunit Gα yang terikat
dengan GTP tersebut kemudianterdisosiasi dari subunit βγ menjadi subunit yang
aktif, yang akanmengaktifkan adenilat siklase (AC) memproduksi cAMP.
4. Selanjutnya cAMP akan
mengaktifkan PKA (cAMP-dependent Protein Kinase) yang akan mengkatalisis
fosforilasi berbagai protein targetnya danmenimbulkan aktivitas.
G.
Peranan
G-Protein berada pada membran sel dan
memediasi fungsi G-Protein linked receptors (GPCRs). G-Protein merupakan
heterotrimetic karena terdiri dari 3 subunit yang berbeda-beda. Tipe G-Protein
Linked Receptors ini berupa protein membran yang bekerjasama dengan protein G
dan protein lainnya, biasanya sebuah enzim atau biasa juga disebut efektor.
Jika tidak ada molekul sinyal ekstraseluler spesifik untuk reseptor, protein
berada dalam keadaan tidak aktif. Protein G inaktif memiliki satu molekul
sinyal terikat pada reseptor, reseptor akan berubah bentuk sehingga reseptor
ini mengikat dak mengaktifkan G-Protein. Satu molekul GTP menggantikan GDP pada
protein G. Protein G aktif mengikat dan mengaktifkan enzim dan memicu langkah
selanjutnya dalam jalur dan menghasilkan respon sel. Protein G kemudian
mengkatalis hidrolisis GTP danmelepaskannya dari enzim, sehingga siap digunakan
kembali.
H.
Penyakit dan Obat yang Berhubungan dengan GPCR
Penyakit
parkinson pertama kali dikemukakan oleh James Parkinson padatahun 1817 dalam
sebuah essai mengenai Shaking Palsy. Penyakit parkinson(PD) tersebar luas
dengan prevalensi antara 100 sampai 250 kasus per 100.000orang di Amerika Utara
dan 17 per 100 di Cina (pada umur lebih atau samadengan 65 tahun). Angka
prevalensi berhubungan dengan sosial ekonomi dari penderita. Penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan prevalensi berhubungandengan umur dan jenis
kelamin di mana pada peningkatan umur terjadi peningkatan risiko dan angka
penderita laki-laki lebih besar dari perempuan, yaitu2,55 kali lebih besar
dibanding perempuan (penelitian di Spanyol) sedangkan diInggris risikonya
sekitar 1,55 kali dibanding perempuan.
Penyebab PD ditemukan
disemua umur walaupun jarang terjadi padaorang-orang di bawah 40 tahun dan
rata-rata gejala mulai muncul pada umur 58-60 tahun. PD terjadi pada
orang-orang di seluruh dunia, namun muncul biasanya pada orang-orang Eropa
dibanding orang-orang Afrika. Orang-orang Asia Timur mempunyai risiko yang
sedang untuk terkena parkinson. Risiko parkinson lebihtinggi di daerah rural
dibanding daerah urban dan laki-laki terkena lebih banyak dibanding
wanita. Studi serupa menunjukkan bahwa parkinson pada pasiendibawah 40 tahun
kebanyakan karena pengaruh genetik.
Parkinson merupakan
penyakit neurodegeneratif, disebabkan oleh degenerasi (disfungsi dan kematian)
neuron dalam otak yang memproduksi dopamin. Gejala-gejala parkinson mulai
muncul saat neuron di substantia nigra mati atau rusak. Normalnya, sel-sel
ini memproduksi dopamin yang mengirimkan sinyal dalamotak untuk menghasilkan
gerakan. Penderita parkinson kehilangan 80% atau lebih produksi dopamin
sejalan dengan gejala yang timbul. Hal ini menyebabkankomunikasi antara otak
dan otot menjadi lemah sehingga otak tidak mampumengatur gerakan.
Penyakit parkinson
berhubungan dengan kekurangan dopamin. Kerja dopamin berhubungan dengan
reseptor dopamin, suatu reseptor yang tergandeng protein G ( G-Protein-Coupled
Reseptor (GPCR). Penyakit Parkinson disebabkan karena terjadinya
degerenasi saraf dopaminergik. Karena itu, salah satu
pendekatan pengobatannya adalah dengan mengaktivasi reseptor dopamin
dengan agonisnya.Dalam makalah ini akan dibahas suatu obat yaitu APOKYN, suatu
apoorfin, yang bekerja sebagai agonis reseptor dopamin. Akan dijelaskan
pula mekanisme kerjaAPOKYN sampai aras molekuler.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
G Protein Coupled Reseptor atau reseptor yang tergandeng protein G
(GPCRs) adalah protein yang tertanam di permukaan sel tepat nya pada membran
sel. GPCRs terdiri dari superfamilia terbesar protein dalam tubuh. Lebih dari
1.000 berbeda GPCRs telah diidentifikasi karena reseptor pertama adalah
kloning. Protein ini menerima sinyal kimia dari luar sel dan lulus sinyal ke
dalam sel, sehingga sel dapat merespon sinyal. Struktur ligan endogen untuk
GPCRs sangat beragam. Mereka termasuk amina biogenik seperti norephnephrine dan
serotonine, peptida, glikoprotein, lipid, nukleotida, ion, dan protease.
Aktivasi
reseptor menyebabkan efektor di dalam sel untuk menghasilkan second messenger
kimia, yang akhirnya memicu sel untuk bereaksi terhadap sinyal kimia eksternal
asli. Ligan, dalam kasus ini Norepinepherine (NE), mengikat reseptor dan
menginduksi perubahan konformasi. Perubahan konformasi ini mengaktifkan β
kompleks. Kompleks terikat GDP sementara tidak aktif. GTP menggantikan GDP,
sehingga mengaktifkan sub unit α. Subunit α diaktifkan mengalami perubahan
konformasi dan mengaktifkan Adenylate Cyclase. Setelah Adenylate Cyclase
diaktifkan, hal ini kemudian dapat mengkonversi ATPy. Hasil konversi ATP adalah
c-AMP dan dua molekul fosfat. c-AMP adalah messenger kedua digunakan dalam
banyak proses dibutuhkan untuk sel kelangsungan hidup dan pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. “G Protein Coupled Reseptor”. http://aboealkhair.blogspot.
com/2013/02/g-protein-coupled-receptor.html. Diakses pada selasa, 29 mei 2014
Ikawati, zullies.2006.
Pengantar Farmakologi Molekuler. Yogyakarta : UGM Press
makasi... sungguh membantu tugas saya
BalasHapusIya, sama-sama..
HapusMaaf ya baru di reply..